I LoVe NaTuRe.....!!!!
Rahasia Alam

Cinnamomum tree

Merupakan spesies yang berasal dari Family Lauraceae dan Genus Cinnamomum. Dalam Bahasa Inggris  Sering dikenal dengan nama Cinnamomum tree. Biasanya disebut dengan padang cassia. Sedangkan dalam bahasa Indonesia biasa disebut kayu manis. Dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan ”kaneel” Jawa. Penyebaran Cinnamomum burmannii di indonesia banyak terdapat di daerah Sumatra, khususnya di daerah Sumatra Barat dan Kerinci. Nama daerahnya yaitu di Sumatra : holim, holim manis, modang siak-siak (Batak), kanigar, kayu manis (Melayu), madang kulit manih (Minangkabau). Jawa  Huru mentek, kiamis (Sunda), kanyengar (Kangean). Kesingar (Nusa Tenggara), kecingar, cingar (Bali), onte (Sasak), kaninggu (Sumba), Puu ndinga (Flores). Warga Lauraceae seperti Cinnamomum burmannii ini, merupakan penghuni daerah-daerah yang seluruhnya mencakup lebih dari 1000 jenis yang terbagi dalam sekitar 50 marga. Tanaman ini juga terdapat di daerah Srilanka. Tetapi di daerh Srilanka, kulit batangnya lebih tipis dari kulit batang  Cinnamomum burmannii yang ada di Indonesia. Dikenal 2 varietas, varietas pertama yang berdaun muda berwarna merah pekat dan varietas kedua berdaun hijau ungu. Varietas pertama terdiri dari 2 tipe, ialah tipe pucuk merah tua dan tipe pucuk merah muda. Varietas yang banyak ditanam di daerah pusat produksi di Sumatra Barat dan Kerinci adalah varietas pertama. Varietas kedua hanya didapat dalam jumlah populasi yang kecil. Kayu manis pucuk merah mempunyai kualitas yang lebih baik, tetapi produksinya lebih rendah daripada kayu manis yang berpucuk hijau.

Ekologi dan penyebaran yang asli tumbuh secara liar di hutan Malaysia, Cina dan Indonesia pada ketinggian 1000 m sampai 1500 m di atas permukaan laut dengan suhu 18º sampai 23º. Tanaman dapat tumbuh pada ketinggian 0 m sampai 2000 m di atas permukaan laut, tetapi yang terbaik dan banyak diusahakan dengan produksi yang memuaskan, adalah pada ketinggian 500 m sampai 1500 m di atas permukaan laut. Tanah yang paling cocok adalah tanah yang subur, gembur, agak berpasir dan kaya akan bahan organik. Pada tanah yang liat keadaannya kurang baik. Pusat produksi di Sumatra Barat tanahnya adalah andosol dan latosol, ditanam di lereng-lereng gunung, baik yang agak landai maupun yang curam. Pada tanah yang berpasir akan memberikan hasil kulit yang paling harum. Di tempat rendah tumbuhnya lebih cepat daripada di tempat tinggi, tetapi di tempat rendah kulit yang dihasilkan kurang tebal, dan rasanya juga agak kurang. Di tempat tinggi pertumbuhannya lambat, tetapi kulitnya lebih tebal dan berkwalitas lebih baik. Tanaman kayu manis menghendaki banyak hujan, merata sepanjang tahun dan lembab. Curah hujan yang dikehendaki adalah 2000 mm sampai 2500 mm tiap tahun tanpa ada bulan-bulan yang kering. Tipe curah hujan yang terbaik terutama terdapat di daerah Kerinci.

 Cinnamomum memiliki akar tunggang dan batang yang kuat dan keras, berkayu dan bercabang. Berbentuk pohon dengan tinggi 6-12 m. Kadang pula mencapai 15 m. Ranting tua gundul. Kulit dan daun kalau diremas berbau kayu manis yang kuat. Dimana semua bagian memiliki bau khas aromatik kayu manis. Daunnya merupakan daun tunggal (kadang-kadang bertulang melengkung) yang duduknya tersebar, kadang-kadang berhadapan, tidak mempunyai penumpu. Daun berpenulangan 3 ; panjang tangkai daun 0.5 cm sampai 1.5 cm. Pada prosesnya, daun berlawanan atau berganti warnanya. Awalnya berwarna merah muda kemudian berwarna hijau muda di atas. Daunnya berbentuk bulat telur atau elips memanjang dengan ujung membulat atau tumpul meruncing, 6-15 kali 4-7 cm, seperti kulit kuat.

Bunga berada ditangkai yang yang panjang, lemah, dan kuncupnya lembut, bercabang dan duduk di ketiak dengan cabang yang berambut abu-abu. Merupakan bunga malai. Bunganya berkelamin tunggal dan taju tenda bunga biasanya 2-5 dan panjang 3-5 mm, berwarna putih kekuningan dimana dilihat dari luar terlihat berambut abu-abu keperak-perakan, Sedikit membuka tetapi tidak rontok dan dalam waktu yang sangat cukup setelah mekar akan sobek melintang. Biasanya tertanam pada tepi sumbu bunga. Bunga ini memiliki 4 ruang sari. Bunga Cinnamomum burmannii ini memiliki 12 benang sari dalam 3-4 lingkaran, biasanya tersusun dalam 4 lingkaran terdalam yang steril. Benangsari lingkaran ketiga mempunyai kelenjar di tengah-tengah tangkai sari. Buah adalah buah buni, panjang lebih kurang 1 cm. Didalam lingkaran tersebut terdiri atas sejumlah benang sari yang sama dengan jumlah daun-daun tenda bunga dalam lingkarannya, yang pada lingkaran dalam sering bersifat mandul sebagai staminodium dimana kepala sari membuka dengan katup. Bakal buah menumpang atau terdapat dalam lekukan dasar bunganya. Dimana mempunyai 1 bakal biji yang anatrop dengan 2 in-tegumen. Bakal buah menyerupai buah batu. Bijinya tidak memiliki endosperm, dimana lembaga memiliki daun lembaga yang besar didalamnya. Daun, dan kulit batang (gelam) terdapat sel-sel yang mengandung minyak atsiri. Tanaman ini termasuk dalam tanaman C3

Taksonomi dari Cinnamomum burmannii yaitu :

Kingdom  : Plantae

Division   : Magnoliophyta

Class       :  Magnoliopsida

Order      :  Laurales

Family     : Lauraceae

Genus      : Cinnamon

Species    : Cinnamomum burmannii

Kulit Kayu manis Padang adalah kulit batang Cinnamomum burmannii dalam perdagangan dikenal dengan nama Cassia vera. Bau khas aromatik ; rasa agak manis, agak pedas dan kelat. Makroskopik. Potongan kulit : bentuk gelondong, agak menggulung membujur, agak pipih atau berupa berkas yang terdiri dari tumpukan beberapa potong kulit yang tergulung membujur ; panjang sampai 1 m, tebal kulit 1 mm sampai 3 mm atau lebih. Permukaan luar : yang tidak bergabus berwarna coklat kekuningan atau coklat sampai coklat kemerahan, bergaris-garis pucat bergelombang memanjang dan bergaris-garis pendek melintang yang menonjol atau agak berlekuk ; yang bergabus berwarna hijau kehitaman atau coklat kehijauan, kadang-kadang terdapat  bercak-bercak lumut kerak berwarna agak putih atau coklat muda. Permukaan dalam : berwarna coklat kemerahan tua sampai coklat kehitaman. Bekas patahan tidak rata. Mikroskopik. Pada kulit yang lapisan luarnya belum dibuang akan tampak : lapisan epidermis dengan kutikula berwarna kuning ; lapisan gabus terdiri dari beberapa sel berwarna coklat, dinding tangensial dan dinding radial lebih tebal dan berlignin ; kambium gabus jernih tanpa penebalan dinding. Korteks : terdiri dari beberapa lapis sel parenkim dengan dinding berwarna coklat, diantaranya terdapat kelompok sel batu, sel lendir dan sel minyak.

Sel parenkim : didalamnya banyak terdapat butir pati atau hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Lapisan sklerenkim : terdapat di bawah parenkim korteks, hampir tidak terputus-putus, terdiri dari 3 atau lebih lapisan sklerida, diantaranya terdapat sejumlah kelompok kecil serabut periskel. Sklereida : berbentuk isodiametrik, kadang-kadang agak terentang tangensial, penebalan dinding berbentuk huruf U dengan dinding dalam dan dinding radial lebih tebal dari dinding luar, berlapis-lapis, berwarna kekuningan, bernoktah, berlignin tebal, lumen agak lebar, kadang-kadang berisi butir pati. Serabut periskel : berdinding sangat tebal, agak jernih, berlignin, lumen sempit, garis tengah serabut lebih kecil dari garis tengah sel batu. Floem sekunder : terdiri dari jalur-jalur tangensial jaringan tapis, berseling dengan parenkim floem ; diantara parenkim terdapat sel minyak dan sel lendir seperti pada korteks ; parenkim mengandung butir pati dan hablur seperti pada korteks. Serabut floem sekunder : umumnya tunggal atau dalam kelompok kecil berderet ke arah tangensial, dinding serabut sangat tebal, jernih, agak berlignin, garis tengah serabut sampai 3.5 μ m, lumen sempit. Jari-jari empulur : terdiri dari 1 sel sampai 2 sel, mengandung butir pati atau hablur kalsium oksalat bentuk prisma kecil ; hablur di jari-jari empulur lebih banyak daripada hablur di parenkim floem. Serbuk : warna coklat kekuningan. Fragmen pengenal adalah sklereida dengan penebalan dinding tidak rata ; serabut periskel dan serabut floem ; butir-butir pati dan hablur kalsium oksalat bentuk prisma, lepas atau dalam parenkim ; jaringan parenkim dengan sel lendir atau sel minyak ;  sel gabus dan serabut sklerenkim.

 

 

 

Curcuma zedoaria

Temu Putih

(Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.)

Tanaman obat tradisional yang nama depannya menggunakan kata temu cukup banyak jenisnya. Ada temulawak, temugiring, temu putih, temu ireng, dan sebagainya. Namun, masing-masing mempunyai khasiat berbeda. Seperti juga temu putih (Curcuma zedoaria). Yang biasa dipakai sebagai pengobatan adalah rimpangnya (umbi). Warna rimpang ketiga jenis tanaman obat tersebut memang mirip, yaitu putih.

            Temu putih banyak ditanam di ladang dan merupakan tumbuhan semak tinggi, yakni setinggi dua meter. Tumbuh di daerah tropis, 750 m dpI di Jawa dibudidayakan sebagai tanaman obat, di bawah naungan. Waktu berbunga Agustus – Mei.

            Temu putih ini tumbuh di tanah yang gembur, subur, mengandung bahan organic yang tinggi, drainase yang baik, dan baik pula di tanam pada tanah yang mempunyai pH 5,6-7,8.

            Tanaman temu putih ini cocok di tanam dalam ruangan, atau seperti di atas dikatakan, di bawah naungan, memtuhkan air, tetapi jangan terlalu banyak.

Daerah persebarannya, selain di Indonesia (Jawa), India, juga dapat ditemui di Florida, Georgia, Lousiana, Mississipi, Texas, Virginia, dll.

KLASIFIKASI

Divisi                : Spermatophyta

Subdivisi:           : Angiospermae

Class                : Monocotylodonae

Bangsa             : Zingiberales

Suku                 : Zingiberceae

Marga              : Curcuma

Spesies: Curcuma zedoaria

MORFOLOGI

            Batangnya semu, berbentuk silindris, lunak. Batang di dalam tanah membentuk rimpang berwarna hijau pucat. Herba setahun, dapat lebih dari 2 m. Batang sesungguhnya berupa rimpang yang bercabang di bawah tanah, berwama coklat muda coklat tua, di dalamnya putih atau putih kebiruan, memiliki umbi bulat dan aromatilc.

            Daun tunggal, lonjong, di bagian ujung meruncing, sedangkan di pangkal tumpul. Panjang daun bisa mencapai 0,6-1 meter dan lebar 10-20 sentimeter. Pelepah daun membentuk batang semu, berwarna hijau coklat tua, helaian 2-9 buah, bentuk memanjang lanset 2,5 kali lebar yang terlebar, ujung runcing-meruncing, berambut tidak nyata, hijau atau hijau dengan bercak coklat ungu di tulang daun pangkal, 43-80 cm atau lebih. Pertulangan menyirip, tipis, berbulu halus, hijau dan bergaris ungu. Daun pelindung berjumlah banyak, spatha dan brachtea; rata-rata 3-8 x l,5-3,5cm.

            Bunga majemuk, di ketiak daun, panjang 7-15 sentimeter. Bunga majemuk susunan bulir,diketiak rimpang primer, tangkai berambut.

Benang sari melekat pada mahkota dengan panjang sekitar 0,5 sentimeter, tangkai putik panjang dua sentimeter,. Benang sari 1 buah, tidak sempuma, bulat telur terbalik, kuning terang, 12-16 x 10-115 mm, tangkai 3 5 x 2-4 mm, kepala sari putih, 6 mm.

Kelopak 3 daun, putih atau kekuningan, bagian tengah merah atau coklat kemerahan, 3 -4 cm. Mahkota: 3 daun, putih kemerahan, tinggi rata-rata 4,5 cm mahkota lonjong panjang 7-15 sentimeter. Bibir bibiran membulat atau bulat telur terbalik, ujung 2 lobe, kuning atau putih, tengah kuning atau kuning jeruk, 14-18 x 14-20 mm.

            Buah berbentuk kotak, bulat. Rimpang dan daun Curcuma zedoaria mengandung saponim, flanoida, dan polifenol.

ANATOMI

            Temu putih mempunyai anatomi dan struktur yang hampir sama dengan temu lawak (Curcuma xanthorrhiza). Yang membedakan keduanya adalah rhizomanya yang lebih besar dan berwarna putih. Rizomnya berasa pahit, dan rhizomanya inilah yang dijadikan ramuan dalam obat-obatan.

            Memiliki epidermis yang bergabus, terdapat sedikit rambut yang berbentuk kerucut, bersel satu. Hipodermis agak menggabus, di bawahnya terdapat periderm yang kuang berkembang.

            Korteks dan silinder pusat parenkimatik, terdiri dari sel parenkim berdinding tipis berisi butir pati; dalam parenkim tersebar banyak sel minyak yang berisi minyak berwarna putih dan zat berwarna putih, juga terdapat idioblast berisi hablur kalsium oksalat berbentuk jarum kecil. Butir pati berbentuk pipih, bulat panjang sampai bulat telur memanjang, lamella jelas, hilus di tepi.

            Berkas pembuluh tipe koleteral, tersebar tidak beraturan pada parenkim korteks dan pada silinder pusat; berkas pembuluh di sebelah dalam endodermis tersusun dalam lingkaran dan letaknya lebih berdekatan satu dengan yang lainnya; pembuluh didampingi oleh sel sekresi, berisi zat berbutir berwarna coklat yang dengan besi (III) klorida LP menjadi lebih tua.

FISIOLOGI

            Curcuma zedoaria yang merupakan suku Zingiberaceae, termasuk kelompok tumbuhan C4. Tumbuhan C4 adalah tumbuhan yang didapati mempunyai 4-karbon asid organik seperti oxalacetate, malate, dan asparte.

            Spesies C4 mempunyai kadar fotosintesis yang lebih tinggi dan memiliki keadaan yang lebih sensitif terhadap cahaya. C4 mempunyai enzim PEP carboxylase yang mengambil CO 2 lebih kuat dan menyebabkan tumbuhan C4 berfotosintesis lebih lambat dibanding tumbuhan C3 yang memiliki RuBP sebagai akseptor CO 2. Tumbuhan C4 juga mempunyai RuBP tetapi konsentrasinya sangat rendah. Hal ini juga menyebabkan tumbuhan C4 menggunakan tenaga yang lebih besar untuk mengikat molekul CO2.

            Spesies C4 mempunyai kloroplas dalam sel-sel berkas upih, dan mempunyai satu membran luar tanpa grana. Spesies C4 adaptasi pada kawasan panas, keadaan kering, dan lembab

            Spesies C4 juga tidak melakukan photorespiration atau respirasi waktu siang hari.

KANDUNGAN KIMIA

            Daun dan rimpang Curcuma zedoaria yang biasa digunakan untuk obat-obatan mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol. Selain itu juga mengandung Ribosome Inacting Protein (RIP), dan zat anti-oksidan.

KHASIAT/KEGUNAAN

            Rimpang Curcuma zedoaria berkhasiat untuk pelega perut, nyeri waktu haid, tidak datang haid, pembersih darah setelah melahirkan, memulihkan gangguan pencernaan makanan, sakit perut, rasa penuh dan sakit di dada, limpa, antikanker, atasi kista, dll.

            Untuk mengolahnya menjadi obat, umbinya yang mengandung saponi, flavonoida, dan polifenol dapat diparut ter,ebih dahulu. Setelah itu diperas dan disaring. Campurkan ke dalam air panas mendidih agar melarut dengan sempurna. Bisa diminum dan dicampur sedikit gula agar rasanya enak.

            Temu putih memiliki sifat antikanker lewat kerja imunomodulator. Ekstraknya akan memperbanyak jumlah limfosit, meningkatkan toksisitas sel pembunuh kanker (natural killer) dan sintetis antibodi spesifik. Sifat-sifat ini akan menguatkan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virus maupun sel kanker.

 

 
Taukah Kamu
Obat tradisional
Tips Kecantikan
Rangkuman

Copyright @ Henny Puspita D
Perum Tegal Besar Permai Blok AN : 22 Jember
Email : denys_starlight@yahoo.co.id